Pada dasarnya bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang
telah digunakan dari kita kecil dan oleh semua aspek masyarakat Indonesia,
mulai dari bentuk lisan maupun tulisan. Dari segi tulisan, pemanfaatan bahasa
Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu ilmiah, semi ilmiah dan non
ilmiah. Tapi tidak lepas juga dalam ejaan ataupun kesalah dalam penulisan
sebuah karya ilmiah, seharusnya dalam sebuah penulisan ilmiah harus mengikuti
aturan atau tata cara yang ada. Agar penulisan yang disampaikan berkesan berisi
dan mempunyai bobotnya, dan kata-katannya pun sopan, jelas dan bisa cepat
dimegerti pembaca. Berikut adalah contoh wacana ilmiah :
Mengenal Diri
Sendiri
Kunci proses
pengembangan diri adalah mengenal diri sendiri. Ini tidak hanya berlaku bagi
keberhasilan di bidang karier, melainkan juga di berbagai bidang kehidupan
lainnya, termasuk keluarga, sosial masyarakat, dan spiritual. Dengan mengenal
diri sendiri, seseorang mengetahui apa yang mesti jadi tujuan hidupnya. Ia
menyadari kemampuan dan bakat-bakatnya serta tahu bagaimana menggunakannya demi
mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian ia lebih mampu menemukan makna dan
kepenuhan dari hidupnya.
1. Jawablah dengan
jujur, apakah anda benar-benar mengenal diri anda sendiri ?
Ada banyak metode
mengenal diri. Salah satunya adalah dengan mengisi kuisioner. Apa pun bentuk
metode yang dipilih, tuntutan dasarnya adalah seseorang harus jujur pada
dirinya sendiri. Ambil contoh ringan, banyak orang tidak jujur saat mengisi
kuisioner mengenai dirinya, terlebih lagi bila hasil kuisioner tersebut dinilai
oleh pihak lain. Mereka mengira dengan menulis jawaban yang ideal, mereka akan
mendapatkan hasil penilaian yang baik, padahal mereka sedang membohongi diri
mereka sendiri, yang justru mengagalkan proses pengembangan diri. Penyebab
utamanya adalah karena banyak orang bersikap untuk memenuhi harapan orang lain.
Ketidakjujuran dan ketidakmampuan untuk bersikap apa adanya membuat mereka
tidak menjadi diri mereka sendiri.
2. Apakah anda
jujur pada diri anda sendiri ?
Seringkali menjadi
jujur pada diri sendiri terasa menyakitkan. Banyak orang merasa mandek dalam
kariernya. Mereka menganggap orang lain dan lingkungan sebagai sumber
kegagalan. Mereka mengingkari bahwa penyebabnya justru berasal dari dalam diri
mereka sendiri. Di lain pihak, seringkali pula orang tidak mampu jujur pada
diri sendiri karena salah dalam memahami keberhasilan yang sedang diraihnya.
Banyak orang berhasil lalu mengira mampu melakukan apa saja. Mereka
mengembangkan kedua belah lengannya lebar-lebar dan menyangka akan berhasil di
semua hal. Mereka tak mau mengakui bahwa ada batas-batas yang tak mungkin
dilalui. Jujur pada diri sendiri adalah bersedia untuk menerima segala sesuatu
apa adanya. Mengenali diri sendiri adalah belajar untuk menilai dan memahami
diri sendiri dengan pikiran jernih tanpa dibebani dengan prasangka, harapan,
ketakutan dan perasaan-perasaan lain.
3. Maukah anda
memaafkan segala sesuatu yang telah terjadi, dan menerima sebagaimana adanya
dengan hati lapang ?
Mengenal diri
sendiri bukan sekedar mengenal nama, alamat, usia, dan apa-apa yang tercantum
dalam curiculum vitae. Mengenal diri sendiri adalah proses dan hubungan timbal
balik antara seseorang dengan dirinya sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari,
orang terbiasa untuk berhubungan dengan orang lain. Mereka mengembangkan
berbagai cara komunikasi efektif dengan orang lain demi tercapainya tujuan.
Demikian pula halnya dengan belajar mengenal diri sendiri, seseorang harus
mengembangkan bentuk komunikasi timbal balik yang baik dengan dirinya sendiri.
Mereka harus menumbuhkan kemampuan untuk melihat dan mendengar apa yang
dikatakan oleh dirinya sendiri agar mampu memahaminya dengan baik. Proses ini
adalah ketrampilan yang harus diasah terus-menerus. Pada awalnya selalu terasa
berat, karena sebelum bertindak seseorang harus mengkomunikasikannya terlebih
dahulu dengan dirinya sendiri, “apakah ini adalah sesuatu yang sesuai dengan
diri saya? apakah ini benar-benar menjadi keinginan diri saya?” Dengan kata
lain proses mengenal diri sendiri adalah proses membangkitkan kesadaran diri.
Dan, bagian terberat dalam proses ini adalah belajar untuk disiplin.
4. Apakah anda
sanggup melakukan disiplin diri ?
Salah satu bentuk
disiplin yang menuntun pada pengenalan diri adalah mengamati diri secara cermat
– mengamati setiap perasaan, pikiran, harapan, keinginan, kegembiraan dan
lain-lain yang terjadi dalam diri sendiri. Para spiritualis biasa melakukan ini
dengan bermeditasi, khusyu’, mengheningkan cipta, atau berbagai istilah lain.
Pengamatan ini menumbuhkan kesadaran yang lebih tenang, yang mampu melihat
secara jernih pikiran dan perasaan yang sedang terjadi, kemampuan, bakat dan
ketrampilan yang dimiliki, kekuatan dan kesempatan untuk menggunakan semua
pikiran, perasaan, kemampuan, bakat dan ketrampilan itu untuk sebaik-baiknya
kehidupan karier. Pengamatan diri ini dapat dilakukan di setiap saat sembari
melakukan kegiatan sehari-hari. Justru dalam kegiatan sehari-hari itulah
seseorang berkesempatan untuk menyadari betapa banyak gejolak pikiran, perasaan
yang muncul silih berganti.
5. Apakah anda
bersedia menjadi diri anda sendiri ?
Banyak orang
mengaburkan arti menjadi “diri sendiri” dengan “semaunya sendiri”.
Menjadi diri sendiri melalui proses mengenal diri adalah menumbuhkan
pengendalian diri karena dalam mengembangkan dirinya seseorang harus senantiasa
berjalan pada potensi-potensi yang dianugerahkan padanya. Selain itu, banyak
orang menjadi apa yang dikatakan orang lain dan menganggapnya itu sesuai dengan
dirinya. Yang perlu disadari adalah bahwa setiap orang itu berbeda dan unik.
Tak ada orang yang sama. Mereka dianugerahi kemampuan, potensi dan bakat yang
berbeda-beda.Tugas manusia adalah menggunakan semua itu untuk kemajuan
kehidupan ini. Tujuan mengenal diri untuk pengembangan karir adalah mengenal
apa potensi-potensi, bakat-bakat, kemampuan dan ketrampilan yang ada pada diri
agar bisa digunakan untuk kemajuan karir. Selain itu, mengenal diri akan
menumbuhkan kesadaran dan pengendalian diri, suatu bentuk pengembangan emosi
dan spiritual yang dibutuhkan untuk mengiringi langkah kemajuan karir.
Pemanfaatan Pada
Tataran Non Ilmiah
Non Ilmiah (Fiksi)
adalah Satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa
kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh
dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks,
setting dsb. Berikut contohnya :
Asal Mula Rumah
Siput
Dahulu kala, siput
tidak membawa rumahnya kemana-mana… Pertama kali siput tinggal di sarang burung
yang sudah ditinggalkan induk burung di atas pohon .
Malam terasa
hangat dan siang terasa sejuk karena daun-daun pohon merintangi sinar matahari
yang jatuh tepat ke sarang tempat siput tinggal. Tetapi ketika musim Hujan
datang, daun-daun itu tidak bisa lagi menghalangi air hujan yang jatuh,.. siput
menjadi basah dan kedinginan terkena air hujan.
Kemudian siput pindah
ke dalam lubang yang ada di batang pohon, Jika hari panas, siput terlindung
dengan baik, bahkan jika hujan turun, siput tidak akan basah dan kedinginan.
Sepertinya aku menemukan rumah yang cocok untukku, gumam siput dalam hati.
Tetapi di suatu
hari yang cerah, datanglah burung pelatuk ,, tok..tok…tok…burung pelatuk terus
mematuk batang pohon tempat rumah siput, siput menjadi terganggu dan tidak bisa
tidur,
Dengan hati
jengkel, siput turun dari lubang batang pohon dan mencari tempat tinggal
selanjutnya. Siput menemukan sebuah lubang di tanah, kelihatannya hangat jika
malam datang, pikir siput. Siput membersihkan lubang tersebut dan memutuskan
untuk tinggal di dalamnya, tetapi ketika malam datang, tikus-tikus datang
menggali dari segala arah merusak rumah siput. Apa mau dikata, siput pergi
meninggalkan lubang itu untuk mencari rumah baru….
Siput berjalan
terus sampai di tepi pantai penuh dengan batu karang. Sela-sela batu karang
dapat menjadi rumahku !!! siput bersorak senang, aku bisa berlindung dari panas
matahari dan hujan, tidak aka nada burung pelatuk yang akan mematuk batu karang
ini, dan tikus-tikus tidak akan mampu menggali lubang menembus ke batu ini.
Siput pun dapat
beristirahat dengan tenang, tetapi ketika air laut pasang dan naik sampai ke
atas batu karang, siput ikut tersapu bersama dengan ombak. Sekali lagi siput
harus pergi mencari rumah baru. Ketika berjalan meninggalkan pantai, siput
menemukan sebuah cangkang kosong, bentuknya cantik dan sangat ringan….
Karena lelah dan
kedinginan, Siput masuk ke dalam cangkang itu , merasa hangat dan nyaman lalu
tidur bergelung di dalamnya.
Ketika pagi
datang, Siput menyadari telah menemukan rumah yang terbaik baginya. Cangkang
ini sangat cocok untuknya. Aku tidak perlu lagi cepat-cepat pulang jika hujan turun,
aku tidak akan kepanasan lagi, tidak ada yang akan menggangguku, …. aku akan
membawa rumah ini bersamaku ke manapun aku pergi.