Deu….segitunya semangat dan gembira
dengan datangnya musim ujian. Masih mending juga musim mangga, durian,
atau apel. Lha ini, musim ujian. Apa enaknya?
Ujian tuh sebagai kawah candradimuka
bagi pelajar untuk mengetahui sejauh mana kalian menguasai materi
pelajaran. Gak usah takut kalo selama satu semester ini kamu memang
sudah rajin belajar. Malah sebaliknya, ujian adalah tempat kamu
mengetahui kemampuan diri dalam bidang kognitif. Kalau bidang afeksi
kamu sih beda lagi, tergantung dari keaktifan kamu di dalam kelas tuh.
Ada juga psikomotor yang juga jadi bahan penilaian di dalam kelas.
Ketiganya digabungkan, jadi deh nilai raport kamu keluar.
Ibarat pasukan mau maju perang, ia tak
kan gentar kalo persiapan sudah matang. Begitu juga dengan kamu dan
ujian. Tak akan ada rasa grogi, keringat dingin karena khawatir gak bisa
jawab, pusing karena merasa soalnya sulit-sulit, dan semua gejala orang
parno (paranoid) ujian. Yang ada malah rasa senang karena tertantang
dengan soal-soal yang itu semua bakal kamu libas dengan sekali pukul.
Kok bisa? Jelas bisa, karena selama ini kamu belajarnya rajin plus
berdoanya juga donk.
Tapi ngomong-ngomong tentang ujian,
selama ini di Indonesia cenderung diterapkan ujian tulis saja bagi para
peserta ujian. Padahal ujian tuh bukan hanya tulis semata. Ada ujian
yang kredibilitasnya jauh lebih oke daripada ujian tulis yaitu ujian
lisan. Ujian ini jauh lebih bisa dipertanggungjawabkan karena peluang
mencontek sangat kecil bahkan bisa dibilang tidak ada. Ujian lisan juga
sekaligus melatih siswa berani mengungkapkan pendapat sehingga tidak
menjadi generasi bebek yang bisanya hanya ngikut saja. Iya kalo yang
diikuti bener, lha kalo salah? Kan bisa berabe urusannya.
Tujuan jangka panjangnya adalah, ujian
lisan jauh lebih berguna dan bermanfaat ketika siswa terjun ke
masyarakat. Karena bagaimanapun komunikasi di dalam masyarakat terjalin
dengan media utama adalah komunikasi lisan. Bila siswa terbiasa diberi
ujian dalam bentuk lisan, maka ke depannya ia akan mempunyai kepribadian
pemimpin yang dengan mudah mengkomunikasikan maksud dan tujuannya.
Sayang, ujian lisan yang bertujuan
positif ini tak lagi diterapkan saat ini. Trus, kira-kira dimana ya
tempat yang menerapkan ujian lisan itu bagi siswa-siswinya? Ujian model
lisan itu pernah diterapkan ketika Khilafah Islam masih ada lengkap
dengan system pendidikannya. Dan kualitas alumnusnya sangat bisa
dibanggakan hasilnya. Sebut saja level Imam Bukhari, Ibnu Sina (ahli
kedokteran), Ibnu Jabar (Bapak Aljabar, namanya diabadikan sebagai salah
satu cabang Matematika), dan masih banyak yang lain. Hebatnya lagi,
semua ilmuwan tersebut umumnya menguasai ilmu Al Qur’an juga. Minimal
mereka hafal dan paham isi kandungan Al-Qur’an. Wow…Subhanallah banget
tuh.
Jadi ternyata, urusan ujian ini bisa
membuka cakrawala wawasan kita ke masa keemasan Islam ya. Oleh karena
itu kamu jangan mau kalah. Ayo rajin belajar dan berdoa agar zaman
gemilang itu segera datang lagi. Ayo belajar lagi, lagi dan lagi.
Semangat! ^_^ [riafariana/voa-islam.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar