“Aku tak percaya siapa pun lagi. Sahabat yang dulu kupercaya ternyata bisa berkhianat juga.”
“Jangan pernah percaya pada siapa pun kecuali dirimu sendiri. Sahabat seberapa pun baiknya, ternyata masih bisa berkhianat.”
Dua kalimat di atas mewakili isi hati
sebagian dari kamu yang merasa pernah dikhianati oleh sahabat. Seseorang
yang seharusnya menjadi tumpuan rasa suka dan duka, tempat berbagai
rasa, canda dan tawa, serta bisa dipercaya ternyata menjadi sosok
sebaliknya. Ia bukan lagi tempat yang aman untuk berkeluh kesah. Ia
tidak lagi setia dan penuh pengertian seperti dulu. Ia berubah menjadi
seseorang yang seolah-olah tidak kita kenal.
Banyak banget contoh yang bisa diambil
tentang berkhianatnya seseorang yang semula kita anggap sahabat. Mungkin
saja ia yang dulu kita percaya sebagai tempat curhat ternyata sekarang
menghindar. Bukan itu saja, rahasia hidup kita ia obral kesana-kemari.
Duh…malu tentu rasa hati ini.
Bisa jadi, kebaikan seseorang yang kita
sangka sahabat ternyata hanya bila ada maunya. Ia baik ketika mau
mencontek ulangan karena semalam nggak belajar. Ia ramah karena ternyata
naksir kakak cowok kamu. Ia rajin menyapa karena mau hutang uang
jajanmu. Dan bila tujuannya sudah tercapai, maka ia akan pergi tanpa
permisi. Gondok banget gak sih punya sahabat model begini?
Jangan sedih. Bila kebetulan kamu ketemu
dengan tipe orang kayak begini, dia memang tak pantas disebut sebagai
sahabat. Biarlah dia pergi bila memang dianggapnya kamu sudah tak
memberi keuntungan apa pun baginya. Sakit hati memang ada. Tapi tak
perlu dipelihara terlalu lama. Sayangi hati dan perasaanmu sendiri. Rugi
banget bila waktu dihabiskan hanya untuk merasa jengkel karena merasa
dikhianati seseorang yang sudah terlanjur dianggap sebagai sahabat.
Jangan patah arang. Jangan pula
menganggap semua orang seperti itu. Selalu ada sisi baik di balik
terjadinya peristiwa yang tidak mengenakkan hati. Ketika satu sahabat
mengkhianatimu, yakinlah akan hadir banyak sahabat lain yang akan setia
dan baik padamu. Yang penting kamu harus memperbaiki kualitas diri dulu
agar pribadi-pribadi yang datang padamu juga merupakan pribadi yang
berkualitas juga. Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa
agama/kualitas seseorang itu mengikuti siapa yang menjadi temannya.
Seiring dengan semakin berkualitasnya
diri kamu, maka sahabat yang akan datang kelak juga tak jauh dari
kualitas yang kamu sandang. Begitu sebaliknya. Maka ketika pengalaman
masa lalu memberi kamu pelajaran tentang sakitnya dikhianati oleh
sahabat, maka introspeksi saja bahwa mungkin itu adalah teguran ketika
kamu belum bisa menjadi sahabat yang baik bagi orang lain. Jadi jangan
berkecil hati. Tetap optimis bahwa hidupmu akan lebih ceria dab berwarna
dengan dikelilingi oleh sahabat-sahabat yang baik. Insya Allah
^_^[riafariana/voa-islam.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar